Sabtu, 02 Oktober 2010

Olimpiade IPS

KISI-KISI SOAL OLIMPIADE IPS TERPADU TINGKAT SMP/SEDERAJAT

A. GEOGRAFI
1. KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI
- Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen
- Pengaruh Bentuk Muka Bumi terhadap Kehidupan
2. PETA OBJEK GEOGRAFI
- Informasi Keruangan dari Peta, Atlas, dan Globe
- Letak dan Nama (Toponimi)
3. KONDISI GEOGRAFIS DAN PENDUDUK DI INDONESIA
- Kaitan Kondisi Alam dan Iklim dengan Kehidupan Penduduk
- Kaitan Kondisi Hidrologis dengan Kehidupan Makhluk Hidup
4. ATMOSFER
- Sifat Fisis Atmosfer
- Cuaca dan Iklim
5. HIDROSFER
- Siklus Air
- Perairan Darat
- Perairan Laut
6. KONDISI FISIK, WILAYAH, DAN PENDUDUK INDONESIA
- Pengaruh Letak Geografis Indonesia terhadan Kondisi Alam dan Penduduk
- Hubungan Letak Geografis dengan
Perubahan Musim di Indonesia
- Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
- Persebaran Jenis Tanah dan Pemanfaatannya di Indonesia
- Kondisi Penduduk Indonesia
7. PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN PENANGGULANGANNYA
- Kuantitas Penduduk Indonesi
- Komposisi (Susunan) Penduduk
- Permasalahan Kependudukan dan Cara Penanggulangannya
8. PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENANGGULANGANNYA.
- Pengertian Lingkungan
- Upaya Pelestarian Lingkungan Hidupdalam Pembangunan Berkelanjutan
- Pentingnya Lingkungan Bagi Kehidupan
9. PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENANGGULANGANNYA.
- Pengertian Lingkungan
- Upaya Pelestarian Lingkungan Hidupdalam Pembangunan Berkelanjutan
- Pentingnya Lingkungan Bagi Kehidupan
10. NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
- Ciri-Ciri Negara Maju dan Berkembang
- Beberapa Negara Maju dan Negara Berkembang

B. SOSIOLOGI
1. KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA
- Interaksi Sebagai Proses Sosial
- Sosialisasi Sebagai Proses Pembentukan Kepribadian
- Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
2. PENYAKIT SOSIAL
- Pengertian Penyakit Sosial
- Macam-macam Penyakit Sosial
- Hubungan Penyakit Sosial dengan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Masyarakat
3. PENYIMPANGAN SOSIAL DAN UPAYA PENCEGAHAN
- Perilaku Menyimpang
- Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial
4. PRANATA SOSIAL
- Pengertian dan Fungsi Pranata Sosial
- Ciri-ciri Pranata Sosial
- Jenis-jenis Pranata Sosial
5. PENGENDALIAN PENYIMPANGAN SOSIAL
- Pengendalian Sosial
- Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial
6. HUBUNGAN SOSIAL
- Pengertian Hubungan Sosial
- Bentuk-bentuk Hubungan Sosial
7. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
- Hakikat Perubahan Sosial Budaya
- Perbedaan dan Hubungan Perubahan Sosial dan Budaya
- Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
- Penyebab dan Faktor Terjadinya Perubahan Sosial dan Budaya
8. PERILAKU MASYARAKAT DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI ERA GLOBAL
- Modernisasi dan Globalisasi
- Dampak Modernisasi dan Globalisasi terhadap Perubahan
Sosial dan Budaya

C. EKONOMI
1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN EKONOMI
- Perilaku Manusia dalam Pemanfaatan Sumber Daya EkonomiUntuk Memenuhi Kebutuhan Untuk Memenuhi Kebutuhan
- Ilmu Ekonomi.
2. TINDAKAN, MOTIF, DAN PRINSIP EKONOMI
- Tindakan dan Motif Ekonomi
- Prinsip Ekonomi
3. POLA KEGIATAN EKONOMI
- Pola Kegiatan Ekonomi Penduduk
4. KEGIATAN POKOK EKONOMI
- Kegiatan Ekonomi
- Kegiatan Konsumsi
- Kegiatan Produksi
- Kegiatan Distribusi
5. PERUSAHAAN DAN BADAN USAHA
- Pengertian Perusahaan
- Jenis Perusahaan Menurut Lapangan Usahanya
- Pengertian Badan Usaha
- Peran Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional
6. KREATIVITAS DALAM KEHIDUPAN EKONOMI
- Pengertian Kreativitas
- Ciri-Ciri Orang Kreatif
- Kemandirian
- Kewirausahaan
7. HUBUNGAN KELANGKAAN SUMBER DAYA DENGAN KEBUTUHAN MANUSIA
- Kebutuhan Manusia
- Kelangkaan
- Kepedulian Terhadap Sumber Daya yang Terbatas dalam Pemenuhan Kebutuhan
8. PELAKU EKONOMI
- Rumah Tangga Keluarga sebagai Pelaku Ekonomi
- Masyarakat sebagai Pelaku Ekonomi
- Perusahaan sebagai Pelaku Ekonomi
- Negara sebagai Pelaku Ekonomi
- Koperasi sebagai Pelaku Ekonomi
9. PASAR
- Pengertian dan Fungsi Pasar
- Bentuk-bentuk Pasar
10. KETENAGAKERJAAN
- Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
- Permasalahan tenaga kerja di Indonesia
- Peranan Pemerintah dalam Menanggulangi Permasalahan Tenaga Kerja.
11. PELAKU EKONOMI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
- Sistem Ekonomi
- Sistem Demokrasi Ekonomi
- Sektor Usaha Formal sebagai Pelaku Ekonomi
12. PAJAK
- Pengertian Pajak
- Fungsi Pajak
- Jenis-jenis Pajak
- Sistem Perpajakan di Indonesia
13. TERBENTUKNYA HARGA PASAR
- Permintaan Barang dan Jasa
- Penawaran Barang dan Jasa
- Harga Keseimbangan
14. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN
- Uang
- Lembaga Keuangan
15. PERDAGANGAN INTERNASIONAL
- Valuta Asing
- Perdagangan Internasional

D. SEJARAH
1. MASA PRA AKSARA DI INDONESIA
- Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Zaman Pra Aksara
2. PERKEMBANGAN PADA MASA HINDU-BUDHA
- Agama Hindu
- Agama Buddha
- Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
3. PERKEMBANGAN PADA MASA ISLAM DI INDONESIA
- Peranan Pedagang dan Ulama dala Perkembangan Islam di Indonesia
- Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Islam di Indonesia
- Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
- Peninggalan-Peninggalan Bercorak Islam di Indonesia
4. MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA
- Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa
- Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
- Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Kolonial Eropa
5. PERKEMBANGAN DAN PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

- Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
- Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
- Perkembangan Agama Nasrani
6. TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL DAN PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
- Terbentuknya Kesadaran Nasional
- Pergerakan Kebangsaan Indonesia
- Peran Manifesto Politik 1925 Kongres Pemuda 1928, dan Kongres Perempuan Pertama
7. PERISTIWA-PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI DAN PROSES TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
- Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
- Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
8. PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
- Pembentukan BPUPKI dan PPKI
- Persiapan Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan
9. PERANG DUNIA II
- Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
- Pihak-Pihak yang Berperan dalam Perang Dunia II
- Perang Dunia II di Asia-Pasifik Serta Pendudukan MiliterJepang di Indonesia
- Pengaruh Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia
- Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia Melalui MIAI, Gerakan Bawah Tanah, Perjuangan Bersenjata
10. USAHA PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
- Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konflik AntaraIndonesia dan dengan Belanda
- Aktivitas Diplomasi Indonesia di Dunia Internasional untukMempertahankan Kemerdekaan Indonesia
- Faktor-Faktor yang Memaksa Belanda Keluar dari Indonesia
11. PERISTIWA-PERISTIWA EKONOMI DAN POLITIK INDONESIA PASCA PENGAKUAN KEMERDEKAAN
- Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
- Berbagai Peristiwa yang Berhubungan dengan Pemilihan Umum I Tahun 1955 di Tingkat Pusat dan Daerah
- Dampak Persoalan Hubungan Pusat-Daerahterhadap Kehidupan Politik Nasional dan Daerah Sampai Awal Tahun 1960-an

Jumlah Soal 100 Soal
1. Geografi : 30
2. Ekonomi : 25
3. Sosiologi : 20
4. Sejarah : 25

Selasa, 06 Juli 2010

PETA GEOMORFOLOGI

Peta geomorfologi disusun berdasarkan hasil interpretasi inderaan jauh dan pengamatan/penelitian lapangan yang disajikan dalam bentuk gambar, mela lui proses kartografi. Keterangan peta ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

2.1 Penyiapan peta

Pada tahap penyusunan peta geomorfologi, semua unsur yang menjadi persyaratan dalam pembuatan peta harus dimasukkan dan disesuaikan dengan keter sediaan ruang pada lembar peta.

2.1.1 Sumber data

Sumber data yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan peta geomorfologi, di antaranya: peta rupabumi, foto udara, citra satelit dan lain -lain. Peta rupabumi yang digunakan mengacu pada sistem penomoran lembar peta Bakosurtanal.

2.1.2 Sistem referensi koordinat

Sistem referensi koordinat peta geomorfologi mengacu kepada sistem referensi geodetik nasional yang ditetapkan oleh Bakosurtenal, berdasarkan peraturan yang berlaku.

2.1.3 Ukuran lembar peta

Batas ukuran dan luas lembar peta ditentukan berdasarkan koordinat, untuk skala 1:250.000 adalah 1,5 x 1 derajat, 1:100.000 adalah 30 x 30 menit, 1:50.000 adalah 15 x 15 menit, sedangkan untuk skala 1:25.000 adalah 7,5 x 7,5 menit.

2.1.4 Pemerian geomorfologi

Unsur geomorfologi yang tercantum dalam peta geomorfologi meliputi satuan geomorfologi (bentukan asal dan bentukan lahan), morfologi, jenis batuan, proses geomorfologi, tanah/soil dan tutupan lahan.

2.2 Penyajian peta

Penyajian peta disusun menurut bagan tata letak sesuai Gb. 1. Perubahan tat a letak dapat dilakukan selama proses pengkartografian, dengan ketentuan peta geomorfologi

memuat:

peta geomorfologi

1) judul peta

2) nama dan nomor lembar peta

3) instansi penerbit/pimpinan instansi

4) peta geomorfologi

5) garis penampang geomorfologi (A-B-C)

6) peta lokasi daerah pemetaan

7) lokasi indek lembar peta

8) skala peta

9) cakupan foto udara/citra satelit

10) nama penyusun & tahun terbitan

11) daftar istilah toponimi

12) penampang geomorfologi

13) perian satuan geomorfologi

14) simbol

15) sumber data

16) nama penelaah/penyunting dll

Gb. 1. Contoh tata letak peta geomorfologi

2.3 Simbol

Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi geomorfologi pada peta, berupa huruf dan angka, warna, garis dan corak.

2.3.1 Huruf dan angka

Huruf dan angka digunakan untuk menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuk lahan. Angka digunakan untuk menunjukkan jenis bentuk lahan pada masing-masing bentukan asal (Tabel 1).

Contoh penamaan satuan peta:

V1.1 = V adalah bentukan asal gunungapi dan angka 1 adalah jenis bentuk lahan (kerucut gunungapi), sedangkan .1 adalah bentuk lahan rinci.

2.3.2 Warna

Warna digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal (Tabel 1). Untuk masingmasing

bentuk lahan diberi simbol warna gradasi dari tua ke muda sesuai dengan warna dasar bentukan asal.

2.3.3 Garis

Garis digunakan untuk mengekspresikan elemen-elemen geomorfologi dan batas satuan

peta geomorfologi.

TABEL 1 SIMBOL HURUF DAN WARNA UNIT UTAMA GEOMORFOLOGI

UNIT UTAMA KODE/HURUF WARNA

Bentukan asal struktur S (Structure) ungu

Bentukan asal gunungapi V (Volcanic) merah

Bentukan asal denudasi D (Denudasi) coklat

Bentukan asal laut M (Marine) biru

Bentukan asal sungai/fluvial F (Fluvial) hijau

Bentukan asal angin A (Aeolian) kuning

Bentukan asal kars K (Karst) orange

Bentukan asal glasial G (Glacial) biru terang

3. UNSUR TAMBAHAN

3.1 Penelaahan peta (Scientific Editors)

Penelaahan naskah peta geomorfologi dilakukan oleh para ahli geomorfologi dan ahli kebumian lainnya

3.2 Pengemasan

Peta geomorfologi dilipat menurut kaidah yang berlaku untuk memudahkan pemakai melihat judul peta geomorfologi tersebut dan dimaasukkan ke dalam kantong yang disediakan. Peta geomorfologi dapat juga dikemas dalam bentuk format digital (CD room)

kriteria peta geo
ISTILAH-ISTILAH GEOMORFOLOGI

Peristilahan disusun dengan mempertimbangkan aspek yang sering dipergunakan dalam

peta dan mempunyai nama sangat khas yang disusun berdasarkan abjad.

Bentang alam (landscape)

panorama alam yang disusun oleh elemen-elemen geomorfologi dalam dimensi

yang lebih luas dari terain.

Bentuk lahan (landform)

komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan yang

dipengaruhi oleh kegiatan manusia.

Bentukan asal (morphologic origin)


terbentuknya bentang alam didasarkan atas genesa (mulajadi).

Denudasi (denudation)

proses pengupasan permukaan bumi dari penutupnya.

Elemen geomorfologi (geomorphologic element)

bagian terkecil dari bentuk lahan yang mempunyai kesamaan bentuk dan

genesanya.

Erosi (erosion)

serangkaian proses yang menyebabkan sejumlah material bumi atau batuan

terkikis, diangkut dan dipindahkan ke tempat lain di permukaan bumi.

Fluvial (fluvial)

aktifitas sungai yang menyebabkan terjadinya erosi, pengangkutan dan

pengendapan material di permukaan bumi.

Gaya endogen (endogenous force)

tenaga berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya pergerakan,

patahan, perlipatan dan vulkanisma di permukaan bumi.

Gaya eksogen (exogenous force)

tenaga yang berasal dari luar bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan di

permukaan atau dekat permukaan bumi, seperti pelapukan, erosi, abrasi, denudasi.

Geomorfologi (geomorphology)


adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang

mempengaruhinya.

Hogbek (hogkback)

punggungan pebukitan atau pegunungan dengan puncak tajam dibentuk oleh

lapisan batuan yang keras dan lereng agak curam.

Kars (karst)

bentuk bentang alam yang terjadi akibat intensifnya proses pelarutan batu

gamping sehingga membentuk bentang alam yang khas.

Kuesta (cuesta)


bukit atau gunung yang mempunyai dua kemiringan lereng berbeda. Permukaan

lereng yang landai searah dengan bidang perlapisan sedangkan sisi lereng yang

curam memotong bidang perlapisan.

Marin (marine)

aktifitas air laut yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi, pengangkutan dan

pengendapan di lingkungan laut.

Mesa (mesa)

bukit atau gunung terisolir berbentuk meja, merupakan sisa denudasi dengan

lapisan batuan datar yang keras sebagai penutupnya.

Morfodinamis (morphodynamics)

bentuk bentang alam yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya eksogen air,

angin, es dan gerakan tanah, misal: gumuk pasir, undak sungai , pematang pantai,

lahan kritis (badlands).

Morfoerasi (morphoerosion)


adalah ragam bentuk erosi yang dapat dipakai sebagai ukuran tingkat degradasi

bentuk lahan suatu wilayah.

Morfogenesa (morphogenesis)

bentuk bentang alam yang diklasifikasikan berdasarkan atas mulajadi (genetic)

dan perkembangan bentuk lahan serta proses yang terjadi padanya.

Morfologi (morphology)

ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi.

Morfokonservasi (morphoconservation)


pelestarian alam berdasarkan parameter bentuk lahan.

Morfokronologi (morphochronology)


hubungan aneka ragam bentuk lahan dan prosesnya.

Morfometri (morphometry)

aspek kuantitatif geomorfologi suatu daerah, misal: kecuraman lereng, ketinggian,

kekasaran terrain.

Morfografi (morphography)

aspek diskriptik geomorfologi suatu area, misal: dataran, pebukitan, pegunungan,

plato.

Morfostruktur aktif (active morphostructure)

bentuk bentang alam yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya endogen yang

dinamis termasuk gunungapi, tektonik (lipatan dan sesar), misal: gunungapi,

punggungan antiklin dan gawir sesar.

Morfostruktur pasif ( passive morphostructure)

bentuk bentang alam yang diklasifikasikan atas dasar tipe batuan maupun struktur

batuan yang ada kaitannya dengan denudasi, misal: mesa, kuesta, hogbek, dan

kubah.

Pelapukan (weathering)


proses hancurnya batuan atau mineral permukaan bumi menjadi bagian yang lebih

kecil atau lunak karena proses fisika, kimiawi dan biologi.

Penampang geomorfologi (geomorphologic cross section)

adalah irisan tegak bentuk lahan yang mencerminkan hubungan konfigurasi

bentang alam.

Penutup lahan (land cover)

Segala sesuatu yang menutupi permukaan bumi, baik itu alamiah atau buatan.

Terain (terrain)

bentuk permukaan ataupun dekat permukaan bumi yang mempunyai ciri fisik

tertentu.

Rabu, 23 Juni 2010

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
• kerangka dasar dan struktur kurikulum,
• beban belajar,
• kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
• kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

Minggu, 16 Mei 2010

PULAU TIDORE


Lokasi Objek Kajian

A. Kondisi Wilayah
Letak wilayah Kota Tidore Kepulauan, dibatasi pada 0 - 20º Lintang Utara, 0 - 50º Lintang Selatan dan 127º 10’ - 127º 45’ Bujur Timur. Wilayah itu mempunyai luas daratan ± 9.116,36 km2. Seluruh kawasan di daerah ini dikelilingi oleh laut dan berbatas di sebelah utara dengan Halmahera Barat, di selatan dengan Halmahera Selatan, di sebelah timur dengan Halmahera Timur dan Halmahera Tengah, sedangkan di sebelah barat dengan Sulawesi Utara. Jumlah penduduknya sebanyak ± 78.966 jiwa. Iklim di Kota Tidore Kepulauan dan umumnya daerah di Provinsi Maluku Utara mempunyai tipe iklim tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi umum iklim tropis. Jumlah curah hujan total adalah 295 mm dan curah hujan rata-rata per bulannya adalah 25 mm. (BPS Kabupaten Halmahera Tengah, 2004).

B. Kondisi Geologi
Pulau Tidore termasuk dalam Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara. Skala 1:250.000. Daerah ini merupakan deretan pulau di sebelah barat P. Halmahera. yang melintang arah Utara ke Selatan antara lain P. Hiri, P. Ternate, P. Tidore, P. Mare, P. Moti dan P.Makian, yang merupakan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter. Semua mandala fisiografi tersebut berhubungan erat dengan mandala geologinya. Deretan pulau ini sebagian besar berbertuk kerucut gunungapi yang masih aktif, seperti G. Ternate, G. Tidore dan G. Makian. Dalam Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara terdapat 17 formasi batuan, dengan kisaran umur dimulai dari sebelum Kapur sampai dengan Holosen (Bessho, 1944).
Secara geologi, lembar Ternate terdiri dari Mendala Geologi Halmahera Timur, Mendala Geologi Halmahera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter. Mendala Geologi tersebut mempunyai perbedaan dalam jenis batuan dan tektoniknya. Deretan pulau yang membentuk busur Kepulauan Gunungapi terdapat di bagian bara P. Halmahera, sebagian besar tertutup oleh rempah-rempah gunungapi Holosen. Hanya di P. Kayoa yang berada di selatan, tersingkap batuan gunungapi Oligo-Meosen yang dinamakan Formasi Bacan, yang tertindih oleh batu gamping koral (Ql).
Stratigrafi lembar Ternate terdiri dari Batuan sedimen, yaitu: Formasi Dodaga (Kd), Batugamping (Tpel) Formasi Dorosagu (Tped), Konglomera (Tpec), Formasi Tutuli (Tomt), Konglomera (Tmpc), Formasi Tingteng (Tmpt), Formas Weda (Tmpw), Batugamping Terumbu (Ql). Endapan Permukaan yaitu Aluvium dan Endapan Pantai. Batuan Gunungapi yaitu Formasi Bacan (Tomb), Formasi Kayasa (Qpk), Tufa (Qht), Batuan Gunungapi Holosen (Qhv) dan Batuan Beku, yaitu: Komplek Batuan Ultrabasa (Ub), Gabro (Gb) dan Diorit (Di).
Sedangkan batuan P. Tidore didominasi oleh Batuan Gunungapi Holosen, yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tufa, dan abu gunungapi. Breksi gunungapi bersusunan andesit piroksen, kelabu tua, kompak dengan masadasar tufa berbutir kasar. Lava bersusunan andesit sampai basal, kelabu sampai kelabu kehitaman, pejal dan sebagian berongga. Tufa, putih kotor, kelabu, getas, berbutir sedang sampai kasar. Abu gunungapi, kelabu, berlapis baik dengan tebal 15 - 40 cm. Satuan batuan ini berupa deretan kerucut gunungapi: G. Hiri, G. Ternate, G. Sumujenge, G. Sabale, G. Kiematabu, G. More, G. Moti, G. Makian dan G. Tigalalu. Gunungapi yang masih aktif adalah G. Ternate, G. Kiematabu (P. Tidore) dan G. Makian. (Gambar 2).


Gambar 2. Peta geologi regional daerahTidore (T. Apandi, dkk, 1980)

C. Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan dari bentuk bentang alam, pola aliran sungai, tingkat/stadium erosi, jenis batuan, kemiringan lereng dan struktur geologi. Di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 7 satuan morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP), satuan perbukitan bergelombang Sedang (SD), satuan kerucut gunungapi G. Matubu (SGM), satuan tubuh gunungapi G. Tagafura (SGT), satuan kubah G. Gulili (SKG), satuan kaldera Talaga (SKT) dan satuan lantai kaldera Talaga (SLK) (Gambar 3).


Gambar 3. Satuan morfologi 2 - D daerah penyelidikan

Pola aliran sungai di daerah kaldera Talaga dan G. Matubu berpola memancar (radial) dan semi sejajar (sub-pararel). Sedangkan pola setengah menangga (sub-trellis) berada di bagian tengah (G. Gulili, G. Kici dan G. Tagafura). Lembah sungai di hulu berbentuk V, mencirikan stadium muda, dengan erosi vertikal lebih kuat dibandingkan dengan erosi horizontal. Pola aliran sungai itu sangat dipengaruhi oleh pola struktur geologi (patahan, krater, kubah dan kaldera) yang mengimbas kepada bentuk dari pola aliran sungainya. Stratigrafi/urutan batuan Pengamatan batuan dilakukan di 74 lokasi titik amat. Di 27 lokasi dilakukan pengambilan sample, 8 diantaranya di analisis petrografi dan 1 sampel dianalisis umur dengan memakai metoda jejak belah/ fision track pada mineral Zirkon. Stratigrafi daerah di susun berdasar hubungan relatif antara masing-masing unit batuan yang penamaannya di dasarkan pada pusat erupsi dan genesa pembentukan batuan tersebut.
Dari hasil survai/ pemetaan lapangan, batuan di P. Tidore terdiri dari 7 satuan. Urutan dari tua ke muda adalah: Satuan lava G. Gulili (Qlg), Satuan lava G. Kici (Qlk), Satuan lava G. Tagafura (Qlt), Satuan lava pra - kaldera Talaga (Opkt), Satuan jatuhan piroklastik kaldera Talaga (Qjkt), Satuan vulkanik G. Matubu dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4).

Gambar 4. Peta geologi P. Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara

Struktur Geologi dicerminkan oleh bentuk: kelurusan gunungapi (lineament), kerucut gunungapi, danau letusan (kawah dan kaldera), kelurusan tofografi, paset segi tiga, gawir sesar, kekar, off-set batuan, zona hancuran batuan/breksiasi, cermin sesar (slikcen-side), bentuk kubah (dome) dan pemunculan mata air panas. Berdasarkan cerminan struktur geologi dan citra landsat dari peta Geologi Regional (Apandi. dkk, 1980), maka struktur geologi di P. Tidore berupa: kelurusan gunungapi (lineament), kerucut gunungapi G. Matubu,kaldera Talaga, kubah G. Gulili dan 4 struktur sesar normal. Kelurusan (lineament) gunungapi berarah timurlaut - baratdaya (NE - SW). Kelurusan ini berupa struktur dike/ terobosan yang memotong hingga mencapai batuan dasar (basement). Struktur dike ini mengakibatkan munculnya gunungapi Kuarter di P. Tidore, P. Ternate, P. Makian dan P. Moti, diantaranya G. Matubu, G. Tagafura,G. Gulili, G. Talaga, G. Keteng di P. Mare, G. Makian dan G. Moti.Struktur gunungapi, merupakan struktur termuda, terletak di selatan P. Tidore berupa bentuk kerucut G. Matubu berumur Holosen. Batuannya disusun antara perselingan lava, aliran piroklasik dan jatuhan piroklastik (strato-vulkano). G. Kimatubu merupakan gunungapi aktif dan mempunyai struktur crater (kawah) di bagian puncak. Struktur Kubah, merupakan intrusi batuan berkomposisi menengah -agak asam (andesitik - dasitik), terletak di tengah P. Tidore.
Struktur kaldera Talaga, struktur ini pada awalnya merupakan kerucut gunungapi dan selama evolusinya pernah terjadi letusan paroxys’mal bertipe plinian yang menghasilkan batuan jatuhan piroklastik pumisan bersifat dasitik - riolitik, berukuran bom Ø 30 cm hingga abu (ash). Struktur kaldera ini merupakan sisa letusan berintensitas besar dengan garis tengah letusan adalah 4 - 4,5 km. Kaldera dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lantai kaldera, dinding kaldera dan tubuh kaldera bagian luar. Lantai kaldera merupakan sisa pusat erupsi, berupa dataran tinggi yang menjadi areal pemukiman penduduk (Kp. Talaga), lahan persawahan/pertanian dan senagian tergenang oleh air yang nerbentuk danau/ talaga.
Dinding kaldera merupakan dinding letusan berkemiringan 60-90º, yang ditutupi oleh hasil letusan berupa jatuhan piroklastik pumisan berukuran bom, kerakal, kerikil hingga abu (ash). Kondisi saat ini berupa lahan yang telah ditanami oleh pohon cengkeh dan pala. Tubuh kaldera bagian luar dikontribusi oleh batuan vulkanik pra-kaldera berupa lava, piroklastik dan lahar (vulkano - strato). Bagian ini kondisinya sekarang merupakan perkebunan pala, cengkeh dan pemukiman penduduk. Struktur sesar, Ada 4 struktur sesar normal di G. Tagafura dan G. Gulili. Sesar Gulili berarah barat baratlaut - Timur tenggara (N 120-130º E) dengan kemiringan > 70° ke arah selatan. Sesar Gurubunga mengarah barat baratlaut - Timur tenggara (N 290-300º E). dengan kemiringan > 80° ke arah utara. Kedua sesar diatas berupa sesar normal berpasangan dengan arah kemiringan berlawanan. Arah kemiringan kedua sesar merupakan daerah depresi/ bidang turun, sedangkan pada bagian utara dan selatan dari depresi berupa blok yang naik. Kelurusan Tagafura, kelurusan yang diduga patahan mempunyai arah timurlaut baratdaya dengan kemiringan > 80° ke arah utara. Kelurusan tersebut memisahkan G. Gulili dengan G. Tagafura. Struktur Patahan Akesahu Gulili, mempunyai arah N 280-310º E, dengan kemiringan ke utara > 70º. Bagian utara daerah merupakan blok turun yang ditandai oleh 5 mata air panas Dowora, Tomado, Tanjung Putus, Akesahu Gulili dan Akesahu. (Gambar 4/ Peta geologi).




DAFTAR PUSTAKA

Makalah Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 yang disampaikan oleh Herry Sundhoro Subdit Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
www. Wikipedia.com/Pulau Tidore

Sabtu, 30 Januari 2010

TUGAS GEOGRAFI INDONESIA

KONDISI RELIEF BALI DAN NUSA TENGGARA

Dosen pengampu : 1. Drs. Sunarko, M.Si

2. Dra. Eva banowati, M.Si


Disusun oleh:

Zaeni Priatno

3201407054

Pendidikan Geografi

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2

KONDISI RELIEF BALI DAN NUSA TENGGARA

1. Propinsi Bali

Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°2523Lintang Selatan dan 115°1455 Lintang Timur yang mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.

Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

· Utara : Laut Bali

· Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

· Selatan : Samudera Indonesia

· Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.

Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.

Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya.

Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan yaitu : Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur.

2. Propinsi Nusa Tenggara

a. Nusa Tenggara Barat

Dengan panjang garis pantai lebih kurang 90 km. Sejak tahun 1994 pembangunan kelautan di Indonesia telah mendapat prioritas penting dengan masukannya sektor kelautan dalam pembangunan bidang ekonomi. Seiring dengan itu terjadi perkembangan yang signifikan dalam pemanfaatan wilayah pesisir baik sebagai tempat hunian, budidaya perikanan maupun daerah tujuan wisata. Perencanaan pengembangan wilayah pesisir tidak terlepas dari informasi yang berkaitan dengan unsur-unsur potensi pantai seperti karakteristik pantai, sebaran sumberdaya alam, proses pantai, serta efek parameter oseanografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran dalam perkembangan wilayah pesisir ditinjau dari gejala perubahan garis pantai berdasarkan energi fluks gelombang memanjang pantai, dan karakteristik dari garis pantai Barat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Beberapa isu yang perlu diperhatikan dalamrangkapengembanganwilayahpesisir\adalah:
1. Perencanaan tata ruang daerah yang terintegrasi dengan kawasan pesisir.
2. Penggunaan lahan yang sesuai dengan daya dukung/tata ruang agar dapat meminimumkandampakyangakanterjadi.

3.Pengembangan wilayah pesisir yang memperhatikan aspek geologi dan geofisika marin.

4. Pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan

FISIOGRAFI DAN GEOLOGI STRUKTUR

Pulau Nusa tenggara memanjang dengan arah timur-barat dan tersayat oleh beberapa lembah yang berarah utama timurlaut - baratdaya dan baratlaut - tenggara. Teluk Saleh merupakan lekuk terbesar dan membagi Pulau sumbawa ini menjadi dua bagian, yaitu Sumbawa Barat dan Timur (Sudrajat, 1974). Bagian utara pulau terdiri atas jalur gunungapi Kuarter dengan puncak tertinggi 2851 m yakni Gunung Tambora. Bagian selatan terdiri dari punggungan-punggungan yang kasar dan tidak beraturan, tersayat oleh sistem perlembahan berarah utama timur laut-baratdaya. Ketinggian perbukitan berkisar antara 800 – 1400 m di atas permukaan laut. Struktur yang berkembang di Pulau Sumbawa umumnya berupa patahan yang berarah baratl aut barat daya. Stratigrafi Berdasarka Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Nusa Tenggara Barat Lembar Lombok dan Sumbawa Suratno, 1994), daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 7 batuan yang berumur Miosen sampai Resen. Adapun urutan stratigrafi batuan dari muda ketua adalah sebagai berikut:

1.Endapan Alluvium, dan Pantai(Qa)Satuan endapan ini tersusun dari lempung, batu pasir berbutir halus sampai kasar, kerikil, lempung dan pasir lantai yang umumnya menempati daerah pesisir bagian utara sampai tengah daerah penelitian, yang merupakan sedimen Resen.

2.Batu Gamping Koral(Ql)

Endapan ini berupa batugamping koral sebagian kompak dan sebagian bersifat breksi, bagian bawahnya terdiri dari konglomerat dengan komponen andesit, piroksen andesit dan andesit berongga yang mengandung matrik pasir, batupasir dan lapisan tipis pasir magnet. Batugamping koral tersingkap dengan jelas di Pulau Belang yang diperkirakan berumur Pleistosen. Penyebarannya satuan ini terbatas hanya pada gugusan pulau-pulau kecil tanpa penghuni di bagian utara daerah penelitian.

3. Endapan Gunungapi Muda(Qv)

Satuan endapan ini terdiri dari breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tufa pasiran, lahar dan tufa batu apung. Endapan ini tersingkap di sebelah timur Kecamatan Seteluk.

4. Endapan Hasil Gunung ApiTua(Qvt)

Satuan endapan ini terdapat di bagian utara Kecamatan Seteluk, timur laut Kecamatan Taliwang dan di bagian tenggara dari Kecamatan Jereweh. Satuan endapan ini tersusun dari breksi bersifat andesit dengan lapisan- lapisan tufa pasiran, dan tufa batuapung yang diperkirakan berumur Pliosen.

5. Batu Gamping Tufaan

Satuan endapan ini menempati daerah Tanjung Kerta Sari, Tanjung Beru, Kecamatan Jereweh, bagian tenggara Maluk, di bagian timur laut Kecamatan Taliwang. Satuan endapan ini terdiri dari terumbu koral terangkat, batugamping, lempung tufaan, batugamping berkoral, batuan hasil gunungapi, batulempung dan batupasir gampingan yang diperkirakan diendapkan pada zaman Miosen Atas.

6. Batu Hasil Gunung Api

Endapan ini sebagian besar menutupi bagian utara daerah penelitian, terutama daerah sekitar Kecamatan Seteluk dan sekitar Kecamatan Jereweh di bagian selatan. Satuan endapan ini terdiri dari breksi bersifat andesitan dengan lapisan-lapisan tufa pasiran, tufa batuapung, pasir tufaan beberapa tempat mengandung lava, lahar dan basalt. Satuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah.

7. Batuan Terobosan (Batuan Retas)

Batuan terobosan ini banyak tersingkap di bagian selatan daerah penelitan yaitu sebelah timur Maluk, sedangkan di bagian tengah dan utara tersingkap di daerah Kampung Seteluk, bagian selatan Labuan Tano, dan bagian timur Tanjung Belesun. Umumnya batuan terobosan ini berupa intrusi dangkal yaitu dasit, andesit, dan basalt, yang diperkirakan berumur Miosen Tengah. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa batuan yang diterobos berumur Miosen Bawah yaitu Batuan Gunung Api Tua. Dasit dan andesit umumnya mengandung pirit.

b.Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan tahun 2000, penggunaan lahan Nusa Tenggara Timur berupa lahan kosong/semak-semak, hutan, pemukiman, lahan pertanian, industri dasarana/fasilitas umum.Morfologi daerah Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 4 satuan sebagai berikut: dataran, dataran berombak, perbukitan berombak, dan pebukitan bergelombang,dengan pola airan membentuk pola aliran sejajar atau hampir sejajar, setempat dibagian hulu berpola tulang daun (dendritik) dengan. aliran sungai umumnya merupakan sungai tadah hujan (intermitten).

Geologi, berdasarkan Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor (Rosidi, dkk.,1979)di dibagi dalam beberapa satuan, yaitu: Satuan Batu Lempung (Kelompok Bobonaro),Satuan Napal, Satuan Batugamping, dan Aluvium.

Sebaran Tanah dan Batuan, dibagi menjadi 5 (lima ) satuan litologi, yaitu: Satuan Aluvial, Satuan Lempung Hitam, Satuan Lempung Merah (Terrarosa), Satuan Batugamping, Satuan Napal dan Satuan Batulempung.

Struktur Geologi, Daerah Kupang dan sekitarnya dipengaruhi proses diatrofisma dan Proses tektonik P. Timor, yang telah berlangsung sejak Kapur Akhir-Resen, kegiatan tektonik yang berlangsung pada Kala Holosen, antara lain dicirikan oleh kegempaan aktif, sesar aktif dan pengangkatan tegak. Beberapa struktur sesar yang teramati, diantaranya berupa sesar geser, dan sesar normal.

Sifat Fisik dan Keteknikan Satuan Tanah/Batuan, dibagi menjadi beberapa satuan sebagai berikut : Satuan Lempung Hitam, Satuan Lempung Merah, Satuan Pasir Aluvium Sungai dan Pantai, Satuan Tanah Residu Batugamping, dan Satuan Batulempung dan Napal.

Sumberdaya Air, berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Kupang, Kefamenanu, Atambua dan Dili, (Sukrisno, H. Setiadi dkk, 1990), berdasarkan produktivitas akuifer dibagi beberapa zona, yaitu: Akuifer produktivitas tinggi, Akuifer dengan produktifitas sedang, Akuifer produktifitas rendah setempat berarti dan Air tanah langka.

Air Permukaan, berupa air sungai, bendung dan kolam, potensi air permukaan terdapat perbedaan menyolok antara musim hujan dan kemarau, kualitas air cukup baik.

Mata Air, terdapat di daerah yang disusun oleh batugamping. Airnya keluar melalui rekahan, lembah erosi atau sungai bawah tanah yang muncul karena terpotong oleh bidang erosi.

Air Tanah Bebas, di daerah alluvium dijumpai dalam lapisan pasir, pasir lempungan danir kerikilan pada kedalaman < 10 m dengan tinggi muka air 0,75 - 4,50 m bmt, dan berair sepanjang tahun, kualitas air baik - jelek, tidak berwarna dan tidak berbau serta tawar - asin. Di daerah batugamping dan napal, dijumpai dalam pelapukan batugamping atau sungai bawah tanah serta pasir napalan pada kedalaman 15 – 25 m dengan tinggi muka air antara 6 - 15 m

Air Tanah Tertekan, pada kedalaman 30 - 100 meter bmt, batuan lapisan pembawa air(akuifer) umumnya berupa batu gamping berongga, pasir dan pasir kerikilan, keterusan 2.953 - 7.857 m3/hari/m, koefisien stroge 2,39 - 6 x 102.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Much dkk. 1985. Geografi Indonesia 1. Semarang ; Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UNNES

http://astrobali.com

http://search.conduit.com