Sabtu, 30 Januari 2010

TUGAS GEOGRAFI INDONESIA

KONDISI RELIEF BALI DAN NUSA TENGGARA

Dosen pengampu : 1. Drs. Sunarko, M.Si

2. Dra. Eva banowati, M.Si


Disusun oleh:

Zaeni Priatno

3201407054

Pendidikan Geografi

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2

KONDISI RELIEF BALI DAN NUSA TENGGARA

1. Propinsi Bali

Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°2523Lintang Selatan dan 115°1455 Lintang Timur yang mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.

Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

· Utara : Laut Bali

· Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

· Selatan : Samudera Indonesia

· Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.

Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.

Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya.

Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan yaitu : Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur.

2. Propinsi Nusa Tenggara

a. Nusa Tenggara Barat

Dengan panjang garis pantai lebih kurang 90 km. Sejak tahun 1994 pembangunan kelautan di Indonesia telah mendapat prioritas penting dengan masukannya sektor kelautan dalam pembangunan bidang ekonomi. Seiring dengan itu terjadi perkembangan yang signifikan dalam pemanfaatan wilayah pesisir baik sebagai tempat hunian, budidaya perikanan maupun daerah tujuan wisata. Perencanaan pengembangan wilayah pesisir tidak terlepas dari informasi yang berkaitan dengan unsur-unsur potensi pantai seperti karakteristik pantai, sebaran sumberdaya alam, proses pantai, serta efek parameter oseanografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran dalam perkembangan wilayah pesisir ditinjau dari gejala perubahan garis pantai berdasarkan energi fluks gelombang memanjang pantai, dan karakteristik dari garis pantai Barat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Beberapa isu yang perlu diperhatikan dalamrangkapengembanganwilayahpesisir\adalah:
1. Perencanaan tata ruang daerah yang terintegrasi dengan kawasan pesisir.
2. Penggunaan lahan yang sesuai dengan daya dukung/tata ruang agar dapat meminimumkandampakyangakanterjadi.

3.Pengembangan wilayah pesisir yang memperhatikan aspek geologi dan geofisika marin.

4. Pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan

FISIOGRAFI DAN GEOLOGI STRUKTUR

Pulau Nusa tenggara memanjang dengan arah timur-barat dan tersayat oleh beberapa lembah yang berarah utama timurlaut - baratdaya dan baratlaut - tenggara. Teluk Saleh merupakan lekuk terbesar dan membagi Pulau sumbawa ini menjadi dua bagian, yaitu Sumbawa Barat dan Timur (Sudrajat, 1974). Bagian utara pulau terdiri atas jalur gunungapi Kuarter dengan puncak tertinggi 2851 m yakni Gunung Tambora. Bagian selatan terdiri dari punggungan-punggungan yang kasar dan tidak beraturan, tersayat oleh sistem perlembahan berarah utama timur laut-baratdaya. Ketinggian perbukitan berkisar antara 800 – 1400 m di atas permukaan laut. Struktur yang berkembang di Pulau Sumbawa umumnya berupa patahan yang berarah baratl aut barat daya. Stratigrafi Berdasarka Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Nusa Tenggara Barat Lembar Lombok dan Sumbawa Suratno, 1994), daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 7 batuan yang berumur Miosen sampai Resen. Adapun urutan stratigrafi batuan dari muda ketua adalah sebagai berikut:

1.Endapan Alluvium, dan Pantai(Qa)Satuan endapan ini tersusun dari lempung, batu pasir berbutir halus sampai kasar, kerikil, lempung dan pasir lantai yang umumnya menempati daerah pesisir bagian utara sampai tengah daerah penelitian, yang merupakan sedimen Resen.

2.Batu Gamping Koral(Ql)

Endapan ini berupa batugamping koral sebagian kompak dan sebagian bersifat breksi, bagian bawahnya terdiri dari konglomerat dengan komponen andesit, piroksen andesit dan andesit berongga yang mengandung matrik pasir, batupasir dan lapisan tipis pasir magnet. Batugamping koral tersingkap dengan jelas di Pulau Belang yang diperkirakan berumur Pleistosen. Penyebarannya satuan ini terbatas hanya pada gugusan pulau-pulau kecil tanpa penghuni di bagian utara daerah penelitian.

3. Endapan Gunungapi Muda(Qv)

Satuan endapan ini terdiri dari breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tufa pasiran, lahar dan tufa batu apung. Endapan ini tersingkap di sebelah timur Kecamatan Seteluk.

4. Endapan Hasil Gunung ApiTua(Qvt)

Satuan endapan ini terdapat di bagian utara Kecamatan Seteluk, timur laut Kecamatan Taliwang dan di bagian tenggara dari Kecamatan Jereweh. Satuan endapan ini tersusun dari breksi bersifat andesit dengan lapisan- lapisan tufa pasiran, dan tufa batuapung yang diperkirakan berumur Pliosen.

5. Batu Gamping Tufaan

Satuan endapan ini menempati daerah Tanjung Kerta Sari, Tanjung Beru, Kecamatan Jereweh, bagian tenggara Maluk, di bagian timur laut Kecamatan Taliwang. Satuan endapan ini terdiri dari terumbu koral terangkat, batugamping, lempung tufaan, batugamping berkoral, batuan hasil gunungapi, batulempung dan batupasir gampingan yang diperkirakan diendapkan pada zaman Miosen Atas.

6. Batu Hasil Gunung Api

Endapan ini sebagian besar menutupi bagian utara daerah penelitian, terutama daerah sekitar Kecamatan Seteluk dan sekitar Kecamatan Jereweh di bagian selatan. Satuan endapan ini terdiri dari breksi bersifat andesitan dengan lapisan-lapisan tufa pasiran, tufa batuapung, pasir tufaan beberapa tempat mengandung lava, lahar dan basalt. Satuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah.

7. Batuan Terobosan (Batuan Retas)

Batuan terobosan ini banyak tersingkap di bagian selatan daerah penelitan yaitu sebelah timur Maluk, sedangkan di bagian tengah dan utara tersingkap di daerah Kampung Seteluk, bagian selatan Labuan Tano, dan bagian timur Tanjung Belesun. Umumnya batuan terobosan ini berupa intrusi dangkal yaitu dasit, andesit, dan basalt, yang diperkirakan berumur Miosen Tengah. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa batuan yang diterobos berumur Miosen Bawah yaitu Batuan Gunung Api Tua. Dasit dan andesit umumnya mengandung pirit.

b.Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan tahun 2000, penggunaan lahan Nusa Tenggara Timur berupa lahan kosong/semak-semak, hutan, pemukiman, lahan pertanian, industri dasarana/fasilitas umum.Morfologi daerah Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 4 satuan sebagai berikut: dataran, dataran berombak, perbukitan berombak, dan pebukitan bergelombang,dengan pola airan membentuk pola aliran sejajar atau hampir sejajar, setempat dibagian hulu berpola tulang daun (dendritik) dengan. aliran sungai umumnya merupakan sungai tadah hujan (intermitten).

Geologi, berdasarkan Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor (Rosidi, dkk.,1979)di dibagi dalam beberapa satuan, yaitu: Satuan Batu Lempung (Kelompok Bobonaro),Satuan Napal, Satuan Batugamping, dan Aluvium.

Sebaran Tanah dan Batuan, dibagi menjadi 5 (lima ) satuan litologi, yaitu: Satuan Aluvial, Satuan Lempung Hitam, Satuan Lempung Merah (Terrarosa), Satuan Batugamping, Satuan Napal dan Satuan Batulempung.

Struktur Geologi, Daerah Kupang dan sekitarnya dipengaruhi proses diatrofisma dan Proses tektonik P. Timor, yang telah berlangsung sejak Kapur Akhir-Resen, kegiatan tektonik yang berlangsung pada Kala Holosen, antara lain dicirikan oleh kegempaan aktif, sesar aktif dan pengangkatan tegak. Beberapa struktur sesar yang teramati, diantaranya berupa sesar geser, dan sesar normal.

Sifat Fisik dan Keteknikan Satuan Tanah/Batuan, dibagi menjadi beberapa satuan sebagai berikut : Satuan Lempung Hitam, Satuan Lempung Merah, Satuan Pasir Aluvium Sungai dan Pantai, Satuan Tanah Residu Batugamping, dan Satuan Batulempung dan Napal.

Sumberdaya Air, berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Kupang, Kefamenanu, Atambua dan Dili, (Sukrisno, H. Setiadi dkk, 1990), berdasarkan produktivitas akuifer dibagi beberapa zona, yaitu: Akuifer produktivitas tinggi, Akuifer dengan produktifitas sedang, Akuifer produktifitas rendah setempat berarti dan Air tanah langka.

Air Permukaan, berupa air sungai, bendung dan kolam, potensi air permukaan terdapat perbedaan menyolok antara musim hujan dan kemarau, kualitas air cukup baik.

Mata Air, terdapat di daerah yang disusun oleh batugamping. Airnya keluar melalui rekahan, lembah erosi atau sungai bawah tanah yang muncul karena terpotong oleh bidang erosi.

Air Tanah Bebas, di daerah alluvium dijumpai dalam lapisan pasir, pasir lempungan danir kerikilan pada kedalaman < 10 m dengan tinggi muka air 0,75 - 4,50 m bmt, dan berair sepanjang tahun, kualitas air baik - jelek, tidak berwarna dan tidak berbau serta tawar - asin. Di daerah batugamping dan napal, dijumpai dalam pelapukan batugamping atau sungai bawah tanah serta pasir napalan pada kedalaman 15 – 25 m dengan tinggi muka air antara 6 - 15 m

Air Tanah Tertekan, pada kedalaman 30 - 100 meter bmt, batuan lapisan pembawa air(akuifer) umumnya berupa batu gamping berongga, pasir dan pasir kerikilan, keterusan 2.953 - 7.857 m3/hari/m, koefisien stroge 2,39 - 6 x 102.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Much dkk. 1985. Geografi Indonesia 1. Semarang ; Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UNNES

http://astrobali.com

http://search.conduit.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar