Minggu, 16 Mei 2010

PULAU TIDORE


Lokasi Objek Kajian

A. Kondisi Wilayah
Letak wilayah Kota Tidore Kepulauan, dibatasi pada 0 - 20º Lintang Utara, 0 - 50º Lintang Selatan dan 127º 10’ - 127º 45’ Bujur Timur. Wilayah itu mempunyai luas daratan ± 9.116,36 km2. Seluruh kawasan di daerah ini dikelilingi oleh laut dan berbatas di sebelah utara dengan Halmahera Barat, di selatan dengan Halmahera Selatan, di sebelah timur dengan Halmahera Timur dan Halmahera Tengah, sedangkan di sebelah barat dengan Sulawesi Utara. Jumlah penduduknya sebanyak ± 78.966 jiwa. Iklim di Kota Tidore Kepulauan dan umumnya daerah di Provinsi Maluku Utara mempunyai tipe iklim tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi umum iklim tropis. Jumlah curah hujan total adalah 295 mm dan curah hujan rata-rata per bulannya adalah 25 mm. (BPS Kabupaten Halmahera Tengah, 2004).

B. Kondisi Geologi
Pulau Tidore termasuk dalam Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara. Skala 1:250.000. Daerah ini merupakan deretan pulau di sebelah barat P. Halmahera. yang melintang arah Utara ke Selatan antara lain P. Hiri, P. Ternate, P. Tidore, P. Mare, P. Moti dan P.Makian, yang merupakan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter. Semua mandala fisiografi tersebut berhubungan erat dengan mandala geologinya. Deretan pulau ini sebagian besar berbertuk kerucut gunungapi yang masih aktif, seperti G. Ternate, G. Tidore dan G. Makian. Dalam Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara terdapat 17 formasi batuan, dengan kisaran umur dimulai dari sebelum Kapur sampai dengan Holosen (Bessho, 1944).
Secara geologi, lembar Ternate terdiri dari Mendala Geologi Halmahera Timur, Mendala Geologi Halmahera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter. Mendala Geologi tersebut mempunyai perbedaan dalam jenis batuan dan tektoniknya. Deretan pulau yang membentuk busur Kepulauan Gunungapi terdapat di bagian bara P. Halmahera, sebagian besar tertutup oleh rempah-rempah gunungapi Holosen. Hanya di P. Kayoa yang berada di selatan, tersingkap batuan gunungapi Oligo-Meosen yang dinamakan Formasi Bacan, yang tertindih oleh batu gamping koral (Ql).
Stratigrafi lembar Ternate terdiri dari Batuan sedimen, yaitu: Formasi Dodaga (Kd), Batugamping (Tpel) Formasi Dorosagu (Tped), Konglomera (Tpec), Formasi Tutuli (Tomt), Konglomera (Tmpc), Formasi Tingteng (Tmpt), Formas Weda (Tmpw), Batugamping Terumbu (Ql). Endapan Permukaan yaitu Aluvium dan Endapan Pantai. Batuan Gunungapi yaitu Formasi Bacan (Tomb), Formasi Kayasa (Qpk), Tufa (Qht), Batuan Gunungapi Holosen (Qhv) dan Batuan Beku, yaitu: Komplek Batuan Ultrabasa (Ub), Gabro (Gb) dan Diorit (Di).
Sedangkan batuan P. Tidore didominasi oleh Batuan Gunungapi Holosen, yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tufa, dan abu gunungapi. Breksi gunungapi bersusunan andesit piroksen, kelabu tua, kompak dengan masadasar tufa berbutir kasar. Lava bersusunan andesit sampai basal, kelabu sampai kelabu kehitaman, pejal dan sebagian berongga. Tufa, putih kotor, kelabu, getas, berbutir sedang sampai kasar. Abu gunungapi, kelabu, berlapis baik dengan tebal 15 - 40 cm. Satuan batuan ini berupa deretan kerucut gunungapi: G. Hiri, G. Ternate, G. Sumujenge, G. Sabale, G. Kiematabu, G. More, G. Moti, G. Makian dan G. Tigalalu. Gunungapi yang masih aktif adalah G. Ternate, G. Kiematabu (P. Tidore) dan G. Makian. (Gambar 2).


Gambar 2. Peta geologi regional daerahTidore (T. Apandi, dkk, 1980)

C. Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan dari bentuk bentang alam, pola aliran sungai, tingkat/stadium erosi, jenis batuan, kemiringan lereng dan struktur geologi. Di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 7 satuan morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP), satuan perbukitan bergelombang Sedang (SD), satuan kerucut gunungapi G. Matubu (SGM), satuan tubuh gunungapi G. Tagafura (SGT), satuan kubah G. Gulili (SKG), satuan kaldera Talaga (SKT) dan satuan lantai kaldera Talaga (SLK) (Gambar 3).


Gambar 3. Satuan morfologi 2 - D daerah penyelidikan

Pola aliran sungai di daerah kaldera Talaga dan G. Matubu berpola memancar (radial) dan semi sejajar (sub-pararel). Sedangkan pola setengah menangga (sub-trellis) berada di bagian tengah (G. Gulili, G. Kici dan G. Tagafura). Lembah sungai di hulu berbentuk V, mencirikan stadium muda, dengan erosi vertikal lebih kuat dibandingkan dengan erosi horizontal. Pola aliran sungai itu sangat dipengaruhi oleh pola struktur geologi (patahan, krater, kubah dan kaldera) yang mengimbas kepada bentuk dari pola aliran sungainya. Stratigrafi/urutan batuan Pengamatan batuan dilakukan di 74 lokasi titik amat. Di 27 lokasi dilakukan pengambilan sample, 8 diantaranya di analisis petrografi dan 1 sampel dianalisis umur dengan memakai metoda jejak belah/ fision track pada mineral Zirkon. Stratigrafi daerah di susun berdasar hubungan relatif antara masing-masing unit batuan yang penamaannya di dasarkan pada pusat erupsi dan genesa pembentukan batuan tersebut.
Dari hasil survai/ pemetaan lapangan, batuan di P. Tidore terdiri dari 7 satuan. Urutan dari tua ke muda adalah: Satuan lava G. Gulili (Qlg), Satuan lava G. Kici (Qlk), Satuan lava G. Tagafura (Qlt), Satuan lava pra - kaldera Talaga (Opkt), Satuan jatuhan piroklastik kaldera Talaga (Qjkt), Satuan vulkanik G. Matubu dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4).

Gambar 4. Peta geologi P. Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara

Struktur Geologi dicerminkan oleh bentuk: kelurusan gunungapi (lineament), kerucut gunungapi, danau letusan (kawah dan kaldera), kelurusan tofografi, paset segi tiga, gawir sesar, kekar, off-set batuan, zona hancuran batuan/breksiasi, cermin sesar (slikcen-side), bentuk kubah (dome) dan pemunculan mata air panas. Berdasarkan cerminan struktur geologi dan citra landsat dari peta Geologi Regional (Apandi. dkk, 1980), maka struktur geologi di P. Tidore berupa: kelurusan gunungapi (lineament), kerucut gunungapi G. Matubu,kaldera Talaga, kubah G. Gulili dan 4 struktur sesar normal. Kelurusan (lineament) gunungapi berarah timurlaut - baratdaya (NE - SW). Kelurusan ini berupa struktur dike/ terobosan yang memotong hingga mencapai batuan dasar (basement). Struktur dike ini mengakibatkan munculnya gunungapi Kuarter di P. Tidore, P. Ternate, P. Makian dan P. Moti, diantaranya G. Matubu, G. Tagafura,G. Gulili, G. Talaga, G. Keteng di P. Mare, G. Makian dan G. Moti.Struktur gunungapi, merupakan struktur termuda, terletak di selatan P. Tidore berupa bentuk kerucut G. Matubu berumur Holosen. Batuannya disusun antara perselingan lava, aliran piroklasik dan jatuhan piroklastik (strato-vulkano). G. Kimatubu merupakan gunungapi aktif dan mempunyai struktur crater (kawah) di bagian puncak. Struktur Kubah, merupakan intrusi batuan berkomposisi menengah -agak asam (andesitik - dasitik), terletak di tengah P. Tidore.
Struktur kaldera Talaga, struktur ini pada awalnya merupakan kerucut gunungapi dan selama evolusinya pernah terjadi letusan paroxys’mal bertipe plinian yang menghasilkan batuan jatuhan piroklastik pumisan bersifat dasitik - riolitik, berukuran bom Ø 30 cm hingga abu (ash). Struktur kaldera ini merupakan sisa letusan berintensitas besar dengan garis tengah letusan adalah 4 - 4,5 km. Kaldera dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lantai kaldera, dinding kaldera dan tubuh kaldera bagian luar. Lantai kaldera merupakan sisa pusat erupsi, berupa dataran tinggi yang menjadi areal pemukiman penduduk (Kp. Talaga), lahan persawahan/pertanian dan senagian tergenang oleh air yang nerbentuk danau/ talaga.
Dinding kaldera merupakan dinding letusan berkemiringan 60-90º, yang ditutupi oleh hasil letusan berupa jatuhan piroklastik pumisan berukuran bom, kerakal, kerikil hingga abu (ash). Kondisi saat ini berupa lahan yang telah ditanami oleh pohon cengkeh dan pala. Tubuh kaldera bagian luar dikontribusi oleh batuan vulkanik pra-kaldera berupa lava, piroklastik dan lahar (vulkano - strato). Bagian ini kondisinya sekarang merupakan perkebunan pala, cengkeh dan pemukiman penduduk. Struktur sesar, Ada 4 struktur sesar normal di G. Tagafura dan G. Gulili. Sesar Gulili berarah barat baratlaut - Timur tenggara (N 120-130º E) dengan kemiringan > 70° ke arah selatan. Sesar Gurubunga mengarah barat baratlaut - Timur tenggara (N 290-300º E). dengan kemiringan > 80° ke arah utara. Kedua sesar diatas berupa sesar normal berpasangan dengan arah kemiringan berlawanan. Arah kemiringan kedua sesar merupakan daerah depresi/ bidang turun, sedangkan pada bagian utara dan selatan dari depresi berupa blok yang naik. Kelurusan Tagafura, kelurusan yang diduga patahan mempunyai arah timurlaut baratdaya dengan kemiringan > 80° ke arah utara. Kelurusan tersebut memisahkan G. Gulili dengan G. Tagafura. Struktur Patahan Akesahu Gulili, mempunyai arah N 280-310º E, dengan kemiringan ke utara > 70º. Bagian utara daerah merupakan blok turun yang ditandai oleh 5 mata air panas Dowora, Tomado, Tanjung Putus, Akesahu Gulili dan Akesahu. (Gambar 4/ Peta geologi).




DAFTAR PUSTAKA

Makalah Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 yang disampaikan oleh Herry Sundhoro Subdit Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
www. Wikipedia.com/Pulau Tidore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar